Selasa, 03 April 2012

Disfagia Bulimia


A.    PENGERTIAN DISFAGIA KARENA BULIMIA
Pengertian Disfagia
Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan.
Pengertian Bulimia
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya “extreme hunger” alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran para bulimics -orang yang bulimia-, mereka cenderung makan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan selanjutnya sebagai “kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang dirangsang sendiri.
Bulimia Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang lebih sering menimpa wanita remaja dan pertengahan usia (sering diidap oleh wanita pada usia SLTA atau saat mahasiswa) namun mempunyai rentang umur yang lebar yaitu antara 13-58 tahun. Penolakan makan ini juga terjadi pada lebih dari 20% anak prasekolah. Sekitar 90-95%. Bulimia Nervosa mengenai kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi, namun belakangan dilaporkan dapat mengenai semua kelompok masyarakat (Paisal, 2008).
Bulimia nervosa merupakan penyakit gangguan pada kebiasaan atau pola makan. Eating disorders (gangguan makan) adalah suatu sindrom psikiatrik yang ditandai oleh pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Gangguan pola makan terjadi akibat beberapa sebab dalam perilaku makan, seperti konsumsi makanan yang kurang sehat atau makan yang terlalu banyak. Pola ini bisa disebabkan perasaan distress atau berkenaan dengan bentuk badan serta beratnya kemudian mereka membahayakan komposisi bentuk dan fungsi badan normal. Gangguan pola makan secara bertahap muncul pada masa dewasa atau dewasa awal. Kebanyakan orang dewasa bisa menyembunyikan perilaku ini dari keluarga mereka selama beberapa bulan bahkan tahun. Gangguan pola makan bukan merupakan kegagalan akan sesuatu ataupun perilaku, akan tetapi nyata, penyakit medis yang muncul dari beberapa pola makan yang menyimpang dalam hidup seseorang. Salah satu tipe gangguan pola makan adalah bulimia nervosa. Bulimia nervosa adalah pesta makanan yang diikuti dengan mencuci perut atau sampai muntah. Rata-rata 1.1 sampai 4.2 % dari wanita pernah mengalami bulimia nervosa semasa hidupnya. Penyakit ini baru diteliti dan belum diterima dalam kamus diagnosis psikiater (Putra, 2008).
Gangguan pola makan biasanya muncul bersamaan dengan penyakit lain seperti depresi, menjadi bagian dari sebuah kekerasan, dan gangguan kecemasan. Dalam hal ini, orang yang menderita gangguan pola makan bisa mengalami komplikasi kesehatan fisik yang lebih jauh lagi, termasuk masalah kondisi kerja hati dan gagal ginjal, yang mana dapat menyebabkan kematian. Mengenali kembali gangguan pola makan sebagai gejala yang serius dan mengancam, sangatlah penting. Wanita sangat berpotensi mengembangkan gangguan pola makan. Rata-rata bulimia diperkirakan 35 % diantaranya dengan gangguan makan banyak diderita oleh laki-laki. Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3000 kalori per hari). Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang sering berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan. Banyak penderita bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasa mereka orang-orang yang kelihatan sehat, sukses di bidangnya, dan cenderung ferfeksionis. Namun, di balik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku yang kompulsif, misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya. Masalah kesehatan yang paling sering muncul adalah gigi busuk dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh akibat muntah dan obat pencahar. Selain itu, juga dapat terjadi kerusakan usus dan dehidrasi yang bisa berakibat fatal. Penderita bulimia menyadari dirinya memiliki perilaku makan yang tidak normal, namun mereka merasa tidak mampu untuk mengubahnya (Sidenfeld 2001).
Pengertian disfagia karena bulimia
 Disfagia karena bulimia adalah kesulitan makan oleh akibat gangguan menelan yang disebabkan karena gangguan pola makan yang ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang dirangsang sendiri.



B.     TIPE BULIMIA
Tipe dari bulimia adalah sebagai berikut:
1.      Bulimia Nervosa-Purging Type
Tipe yang memuntahkan kembali makanan setelah sangat kenyang (menggunakan purging medications). Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat badan.
2.       Bulimia Nervosa-Non Purging Type
Penderita berolahraga berlebihan setelah makan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak muncul purging behaviors. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari makanan dapat langsung dibakar dan habis.

C.    ETIOLOGI
Penyebab Bulimia nevosa dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa jenis model yaitu:
1.      Model Adikasi
Bulimia Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan dan tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang menekan kan pada penghentian, dukungan sosial dan mencegah kekambuhan, dimana metode ini mirip dengan pengobatan adiksi terhadap alcohol maupun obat-obatan.
2.      Model Keluarga
Gangguan makan pada remaja berhubungan dengan system interaksi antara keluarga. Oleh karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa adalah disfungsi interaksi dalam keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak.
3.      Model Sosial Budaya
Publikasi media tentang hubungan antara tubuh yang langsing dengan karier yang sukses telah merangsang para remaja untuk melakukan diet supaya tubuhnya menjadi langsing. Banyak remaja yang gagal mencapai keaadaan ini dan akhirnya menjadi penderita bulimia nervosa.
4.      Model kognitif dan tingkah laku
Bulimia nervosa merupakan implementasi tingkah laku yang irasional tentang bentuk tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu menumbuhkan keyakinan yang rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas dan teratur.
5.      Model psikodinamik
Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau menghindari dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia nervosa terutama gambaran psikososialnya (Angelia, 2009).
Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga berperan dalam terjadinya bulimia nervosa adalah :
1.      Faktor Psikososial
Berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri.
2.      Faktor Genetik
Ada gen yang dapat membuat orang tertentu lebih mudah untuk mengalami gangguan pola makan. Orang dengan anggota keluarga terdekat yang mengalami gangguan pola makan (seperti saudara kandung atau orang tua) juga lebih mudah untuk mengalami gangguan pola makan, sehingga dikaitkan dengan adanya hubungan genetik. Sebagai tambahan terdapat bukti yang menunjukkan bahwa serotonin (senyawa kimia yang terdapat di otak) dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang.
 Adanya bukti bahwa bulimia banyak didapat pada penderita dengan riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar monozigot dibandingkan dizigot.
3.      Faktor Biologis
Penurunan sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan sensitivitas reseptor serotonin post sinaptik. Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan pemulihan bulimia.
4.      Faktor Budaya
Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan terkadang kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja. Anggapan ini pun menjadi budaya yang berkembang di masyarakat.
5.      Faktor Kesehatan Psikologi dan Emosional
Orang yang menderita gangguan pola makan seringkali juga mempunyai masalah psikologi dan emosional yang berkontribusi terhadap gangguan tersebut. Mereka bisa jadi mempunyai kepercayaan diri yang rendah, perfeksionisme, prilaku impulsif, kesulitan untuk mengontrol kemarahan, konflik keluarga & kesulitan untuk membina hubungan.
 Penderita bulimia senantiasa berputus asa terhadap dirinya sendiri, tidak percaya diri sehingga mereka diet dengan cara menggunakan pil diet bahkan memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadapa dirinya menyebabkan kecemasan dan tekanan yang dapat menyebabkan stress sehingga untuk mengatasinya mereka cenderung ke arah bulimia
6.      Faktor lingkungan
Budaya pada masyarakat barat modern seringkali juga menimbulkan dan memperkuat keinginan untuk menjadi kurus. Kesuksesan dan penghargaan seringkali dikaitkan dengan menjadi kurus pada kebudayaan pop saat ini. Tekanan dari teman sebaya  yang dilihat orang di berbagai media dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk menjadi kurus, terutama pada gadis remaja.

D.    PATOFISIOLOGI
Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga, pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia (Tyas rara, 2008).
Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang kadangkala mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Kalau dulu makan apapun tidak berefek bagi berat badan, tapi setelah masa pubertas (biasanya ditandai dengan menstruasi), baru makan coklat dua potong, kok beratnya sudah tambah 1 kg. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Apalagi kalau melihat ‘body’ para selebritis yang langsing (sebenarnya lebih tepat dikatakan kurus-ceking- tiada berisi) sehingga kalau pakai baju model apapun terlihat pas dan pantas dipakai. Sementara kalau tubuh kita gendut, pakai baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu. Akhirnya, lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diledek ‘gendut’ maka dietnya semakin gencar. Maka tidak mengherankan bila ketidakpuasan seseorang dengan tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan. Remaja dengan gangguan makan seperti di atas memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya, mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang sudah terpatri di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak di sana sini, tidak seksi dan lain-lain yang intinya tidak sedap untuk dipandang dan tidak semenarik tubuh orang lain. Akibat pemikiran yang sudah terpatri ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka terkesan gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah manakala mereka makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat badannya naik. Masalah “body” ini akhirnya menyebabkan remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang sempurna (sempurna disini adalah ; kurus) (WangMuba, 2009).
E.     PERUBAHAN METABOLISME

F.     GAMBARAN KLINIS
Bulimia Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang umumnya dapat ditemukan pada gadis remaja atau wanita dewasa muda, dan jarang ditemukan pada pria. Bulimia Nervosa Ini diidentikkan dengan peristiwa makan yang sangat banyak terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan dihabiskan dalam jangka waktu yang singkat, tetapi untuk mencegah terjadinya kegemukan maka setelah makan ada tahap untuk mengurangi/mengeluarkan makanan dan terjadilah muntah (vomiting) atau mengkonsumsi obat penurun berat badan dan diet yang ketat.
Bulimia Nervosa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain akibat adanya obsesi seseorang untuk memiliki tubuh yang langsing, atau karena pengaruh stress emosional terhadap masalah yang dialami, atau karena faktor keturunan. Penyakit ini menyebabkan kondisi patologis pada organ tubuh seperti sistem gastrointestinal dan juga rongga mulut. Bila hal ini dibiarkan maka potensi terjadinya perubahan lebih lanjut akan bersifat permanen.2 Ada tiga macam tindakan yang dilakukan oleh penderita untuk mengeluarkan zat makanan dalam tubuhnya yaitu muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri, mengkonsumsi obat pencahar dan diuretik (obat yang dapat merangksang sekresi urine). Umumnya pasien Bulimia Nervosa dapat muntah tanpa adanya stimulasi mekanik, tetapi semakin banyak frekuensi muntah, risiko terjadinya gangguan kesehatan rongga mulut akan semakin berat.
Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan ( menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengkonsumsi 3400 kalori setiap satu seperempat jam padahal kebutuhan konsumsi orang normal hanya 2000-3000 kalori per hari). kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar .Di antara kegiatan makan yang berlebiban itu biasanya mereka berolah raga secara berlebiban.Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang seringkali berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan. Banyak penderita bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah yang berarti da1am hidupnya. Seseorang dikatakan mengalami bulimia nervosa apabila ia mengalami semua tanda berikut ini (Sidenfeld, M.K. ,2001)

G.    GEJALA BULIMIA
Gejala umum bulimia
Gejala umum bulimia yaitu depresi, kepercayaan diri yang rendah, penampilan yang tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu makan berkurang, sulit mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan ringan dan kekurangan nutrisi.
Gejala klinis bulimia:
1.       Rasa lelah dan lemah
2.       Abnormalitas fungsi usus
3.       Kerusakan gigi dan gusi akibat asam muntah
4.       Pembengkakan pada tangan dan kaki
5.       Pembengkakan kelenjar saliva di dagu akibat tekanan pada perangsangan muntah
6.       Sakit kepala
7.       Luka di tenggorakan dan mulut
8.       Perut teras penuh
9.       Mual-mual
10.   Menstruasi tidak teratur atau bahkan tidak mengalami menstruasi (amenorrhea)Kram otot
11.   Nyeri dada dan rasa terbakar
12.   Detak jantung tidak teratur akibat ketidakseimbangan kimiawi (defisiensi potassium)
13.   Rambut rontok
14.   Kulit kering
15.   Mudah mengalami perdarahan (karena hipokalemia atau disfungsi platelet)
16.   Sering diare tanpa sebab. Bahkan diare berdarah (pada penyalahgunaan laksan)
17.   Dehidrasi
18.   Luka atau bekas luka di buku jari/tangan akibat menusukkan jari ke tenggorokan.
H.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Abnormalitas laboratorium yang paling umum adalah hipokalemia dengan alkalosi metabolic sekunder akibat muntah dan penggunaan laktasif. Abnormalitas endokrin adalah sama dengan anoreksia nervosa. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa respons LH terhadap LHRH diperburuk pada pasien bulimia. Telah dilaporkan bahwa peptide YY, suatu pemacu putative dan tingkah laku makanan dalam binatang meningkat dalam cairan setebrospinalis pasien bulemik. Beberapa juga mengalami kekurangan sekresi serotonik dan kolesistokinin yang dianggap merupakan sinyal rasa kenyang. Makna dari temuan-temuan ini masih belum diketahui. Supresi deksametason seringkali abnormal. Tidak seperti pasien dengan anoreksia nervosa,beberapa perempuan dengan bulemik mempunyai kadar protein basal yang rendah dan memburuknya respon prolaktin terhadap TRH. Amylase serum dapat meningkat tanpa adanya pancreatitis pada bulimia.
I.       KOMPLIKASI
Bulimia mengganggu fungsi normal tubuh. Dengan demikian dapat menyebabkan beberapa komplikasi kesehatan yang bisa serius dan bahkan mengancam nyawa. Komplikasi yang dialami oleh seorang individu sangat tergantung pada jenis pembersihan yang digunakan.
 Di antara komplikasi yang paling umum adalah dari kardiovaskular, pencernaan dan gigi asal. Bulimia juga diketahui mempengaruhi tingkat kalium dalam cairan tubuh dan paling sering menjurus kepada penyalahgunaan obat-obatan dan narkoba.
Beberapa komplikasi bulimia adalah:
1.      Komplikasi dari kardiovaskuler
Bulimia menyebabkan sejumlah masalah kardiovaskular. Ketidakseimbangan dalam kadar elektrolit dalam tubuh atau penyalahgunaan dan penyalahgunaan obat yang disebut sirup ipecac bisa menyebabkan kelainan jantung. Ini diketahui menyebabkan detak jantung tidak teratur, denyut jantung cepat, nyeri dada, masalah pernapasan dan serangan jantung. Hal ini juga dapat memicu tekanan darah rendah dan pingsan atau mantra pusing.
Sebuah kata nasihat: Sirup ipecac sangat berbahaya dan hanya boleh digunakan untuk menginduksi muntah dalam kasus keracunan. Menggunakannya untuk keperluan lain seperti untuk membersihkan dianggap sebagai penyalahgunaan makan obat dan dapat menyebabkan berbagai masalah.
2.      Komplikasi pada sistem pencernaan
Paksa dan muntah sering dapat membahayakan sistem pencernaan. Muntah berulang instigates pembengkakan dan munculnya luka di mulut, tenggorokan dan kelenjar ludah. Ini juga dapat pecah lapisan lambung dan esofagus, yang dapat menyebabkan perdarahan serius. Terus menggunakan obat pencahar juga dapat menyebabkan ketergantungan pada obat dan mengganggu fungsi normal usus menyebabkan sembelit dan diare. Ulkus peptikum, pankreatitis, sakit perut dan kembung juga bisa diakibatkan dari gangguan ini.
3.      Karies Gigi
Sifat asam dari isi lambung karena penderita sering melakukan purging (memutahkan makanan). Yang muntahan makanan tersebut dapat menghancurkan enamel gigi menuju peningkatan gigi berlubang. Gigi juga dapat menjadi retak, compang-camping dan lebih sensitif terhadap makanan panas atau dingin.
4.      Keseimbangan elektrolit dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh konstanta membersihkan. Ketika tingkat potasium dalam tubuh menjadi sangat rendah, kelemahan dan ritme jantung yang tidak teratur mungkin dialami. Paling buruk, kematian karena serangan jantung mungkin akibat dari ketidakseimbangan elektrolit kuburan.
5.      Menggunakan over-the-counter obat-obatan seperti obat pencahar, diuretik, penekan nafsu makan dan sirup ipecac bisa membuat seseorang tergantung pada obat-obat ini dan membuat masalah penyalahgunaan obat. Ketergantungan obat dapat mengambil langkah lebih lanjut dan memicu penyalahgunaan alkohol dan substansi.
6.      Timbulnya amenore (hilangnya menstruasi) dan haid tidak teratur, Depresi atau perubahan suasana hati, rambut rontok, ginjal dan kerusakan hati, pembengkakan tangan dan kaki (busung) dan anemia.
7.      Berkurangnya kadar tulang dan jaringan otot
8.      Gejala kurang gizi dan kelaparan
9.      Kerusakan ginjal akibat penyalahgunaan diuretika
10.  Stroke ringan akibat penusukan jari pada saat merangsang muntah tidak tepat.
J.      PENGOBATAN
Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).
K.    INDIKASI TERAPI
Penderita penyakit ini jarang sampai perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah mengarah ke anoreksia, atau terjadi komplikasi yang parah.  Untuk pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam masalah medis, psikologis, dan gizi.
1.      Terapi nutrisi:
Ahli gizi mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita (Angelia, 2009).
2.      Terapi Psikis
Sebagian besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka. Terapi konseling seringkali harus dikombinasikan dengan obat antidepresan. Terapi ini untuk membantu pasien yang depresi, terganggu secara emosional, atau adanya faktor sosial sehingga mendorong terjadinya gangguan makan. Terapi dilaksanakan agar pasien mampu mengeluarkan perasaan dan permasalahannya sehingga terapis dapat membantu penderita menghadapi perubahan hidup dan memperkuat rasa percaya diri.
3.      Terapi Konseling :
Terapi ini untuk membantu pasien yang depresi, terganggu emosional, atau adanya faktor sosial sehingga mendorong terjadinya gangguan makan. Tujuannya agar pasien mengeluarkan perasaannya, unek-unek dan akan membantu penderita  menghadapi perubahan hidup dan memperkuat rasa percaya diri.
4.      Psikoterapi:
Biasanya dokter melakukan terapi kognitif, yang tujuannya merubah persepsi dan cara berpikir yang salah terhadap tubuhnya sehingga menjadi lebih obyektif, dan  menghilangkan sikap dan reaksi yang salah terhadap makanan.
·         Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan.
Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan tetap berusaha mempertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang dokter harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan yang akan dijalaninya.
·         Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.
·         Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik :
a) Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
b) Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
c) Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya.
5.      Farmakotherapi
Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).
Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu program therapi yang menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.diet chitosin lemak kolesterol sehat bulimia pola makan gangguan lebah madu Berat badan kerap menjadi masalah bagi kebanyakan orang dan ini memicu kemunculan berbagai cara untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan. Tetapi, karena ingin mengharapkan hasil instan, kebanyakan orang pun kemudian memilih cara singkat : memuntahkan makanan yang baru saja dikonsumsi. Ini adalah salah satu tindakan yang mengindikasikan kalau orang tersebut bulimia nervosa yaitu dilakukan untuk menghindari penambahan berat badan. "Pencegahan" itu bisa dilakukan dengan memuntahkan makanan, mengonsumsi obat pencahar, berpuasa, atau berolahraga berlebihan segera setelah makan kenyang. Bulimia sangat buruk bagi kesehatan. Ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang dialami penderitanya setelah melakukan "pencegahan-pencegahan" tersebut secara terus-menerus, seperti :
        Perut berfungsi tidak seperti biasanya (abnormal).
        Gigi dan gusi rusak.
        Wajah menjadi tirus.
        Gangguan di tenggorokan dan mulut.
        Perut kembung.
        Dehidrasi.
        Rasa lelah.
        Kulit kering.
        Detak jantung tidak teratur.
        Rasa sakit di buku jari.
        Menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali.

Selain gejala fisik, penderita bulimia juga akan memperlihatkan gejala-gejala psikis dan emosional, di antaranya :
        Diet yang dilakukan secara konstan.
        Penderita merasa tidak dapat mengendalikan pola makannya.
        Terus makan hingga merasa sakit atau tidak nyaman.
        Makan lebih banyak pada saat pesta.
        Berolahraga selama berjam-jam setelah makan banyak.
        Menggunakan pencahar dengan tidak semestinya.
        Rendah diri karena berat dan ukuran badan.
        Memiliki pencitraan diri yang negatif.
        Selalu ke toilet/kamar mandi setiap selesai makan.
        Menimbun makanan.
        Mengalami depresi.
        Merasa cemas
6.      Terapi Oral
Terapi oral yang dapat dilakukan penderita bulimia nervosa :
·         Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut
·         Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, sebab meningkatkan terjadinya risiko karies.
·         Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva atau menggunakan saliva sintetik seperti glosodane
·         Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung fluorida untuk mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies.
·         Menyikat gigi tiga kali sehari dan melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi.

K. INDIKASI TERAPI DIET
Tujuan utama terapi diet adalah mencegah atau mengobati malnutrisi, mengendalikan penyakit dengan makanan dan sebagai pendukung pengobatan medis atau pembedahan lainnya. Terapi diet juga memainkan peranan penting dalam rehabilitasi peredahan, atau meningkatkan pemeliharaa/ mutu kehidupan pada penyakit-penyakit terminal. Nasihat tentang makanan sangat berguna untuk penyuluhan kesehatan, pencegahan penyakit, dukungan gizi dan rehabilitasi. Terapi gizi dapat melibatkan sedikit  perubahan masukan makanan yang biasa, penggunaan suplemen peroral yang mempunyai tujuan khusus, atau pemberian makanan melalui jalur enteral atau pariental.
Ada empat prinsip sebagai penuntun terapi diet, yaitu:
1.      Masalah yang berhubungan dengan gizi harus disampaikan supaya dapat diperoleh terapi diet yang diterima.
2.      Terapi diet harus didasarkan pada kenyataan ilmiah yang masuk akal. Idealnya, pembuktian kemanjuran diet terapi pada gejala yang membaik, gerak maju yang melambat, penurunan masalah sekunder atau pemberian efek positif lain pada fungsi sebaiknya trsedia.
3.      Pasien harus mau dan mampu makan.
4.      Pasien harus mempunyai saluran makanan yang berfungsi.
Pengaturan diet untuk penderita bulimia dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan pula olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
L.     PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas dua bagian :
1.      Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan prilaku terhadap remaja.
2.      Program pencegahan sekunder
Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer.
Selain diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
1.      Rajin berkonsultasi dengan dokter. Diskusikan bila Anda mempunyai pertanyaan tentang berat badan dan gizi yang benar.
2.      Tingkatkan rasa percaya diri. Ikut serta dalam kegiatan yang Anda sukai dan memberi kepuasan diri, misalnya mempelajari keahlian baru, mengembangkan hobi atau aktif di kegiatan sosial di lingkungan Anda.
3.      Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan
4.      Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal.
Prinsip penatalaksanaan Bulimia nervosa adalah :
1.      Fokus utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimic
2.      Hindari makanan yang merangsang pola makan binge seperti es krim
3.      Obati depresi yang niasanya menyertai bulimia
4.      Libatkan para remaja dalam psikoterapi individu dengan atau tanpa melibatkan keluarga
5.      Latihan olahraga yang ringan samapi sedang diberikan obat antidepresan
6.      Terapi kelompok sangat membantu penyembuhan
7.      Bila penderita menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi retensi cairan bila diuretik dihentikan
8.      Konsultasi ke dokter gigi untuk menangani kerusakan pada gigi (Angelia, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar