A. PENGERTIAN DISFAGIA KARENA BULIMIA
Pengertian
Disfagia
Dysphagia
didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang berasal
dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti
makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses
menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari
kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu.
Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas
tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan.
Bulimia
merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya “extreme
hunger” alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran para bulimics
-orang yang bulimia-, mereka cenderung makan dalam jumlah banyak dalam waktu
yang singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan selanjutnya sebagai
“kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara
yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan
banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan
terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti
dengan muntah yang dirangsang sendiri.
Bulimia
Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang lebih sering menimpa wanita
remaja dan pertengahan usia (sering diidap oleh wanita pada usia SLTA atau saat
mahasiswa) namun mempunyai rentang umur yang lebar yaitu antara 13-58 tahun.
Penolakan makan ini juga terjadi pada lebih dari 20% anak prasekolah. Sekitar
90-95%. Bulimia Nervosa mengenai kelompok masyarakat dengan status sosial
ekonomi tinggi, namun belakangan dilaporkan dapat mengenai semua kelompok
masyarakat (Paisal, 2008).
Bulimia
nervosa merupakan penyakit gangguan pada kebiasaan atau pola makan. Eating
disorders (gangguan makan) adalah suatu sindrom psikiatrik yang ditandai oleh
pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik psikologik yang
berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Gangguan pola makan
terjadi akibat beberapa sebab dalam perilaku makan, seperti konsumsi makanan
yang kurang sehat atau makan yang terlalu banyak. Pola ini bisa disebabkan
perasaan distress atau berkenaan dengan bentuk badan serta beratnya kemudian
mereka membahayakan komposisi bentuk dan fungsi badan normal. Gangguan pola
makan secara bertahap muncul pada masa dewasa atau dewasa awal. Kebanyakan
orang dewasa bisa menyembunyikan perilaku ini dari keluarga mereka selama
beberapa bulan bahkan tahun. Gangguan pola makan bukan merupakan kegagalan akan
sesuatu ataupun perilaku, akan tetapi nyata, penyakit medis yang muncul dari
beberapa pola makan yang menyimpang dalam hidup seseorang. Salah satu tipe
gangguan pola makan adalah bulimia nervosa. Bulimia nervosa adalah pesta
makanan yang diikuti dengan mencuci perut atau sampai muntah. Rata-rata 1.1
sampai 4.2 % dari wanita pernah mengalami bulimia nervosa semasa hidupnya.
Penyakit ini baru diteliti dan belum diterima dalam kamus diagnosis psikiater (Putra,
2008).
Gangguan
pola makan biasanya muncul bersamaan dengan penyakit lain seperti depresi,
menjadi bagian dari sebuah kekerasan, dan gangguan kecemasan. Dalam hal ini,
orang yang menderita gangguan pola makan bisa mengalami komplikasi kesehatan
fisik yang lebih jauh lagi, termasuk masalah kondisi kerja hati dan gagal
ginjal, yang mana dapat menyebabkan kematian. Mengenali kembali gangguan pola
makan sebagai gejala yang serius dan mengancam, sangatlah penting. Wanita
sangat berpotensi mengembangkan gangguan pola makan. Rata-rata bulimia
diperkirakan 35 % diantaranya dengan gangguan makan banyak diderita oleh
laki-laki. Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan
(menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengonsumsi 3.400 kalori
setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3000 kalori
per hari). Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia
menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus.
Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang sering
berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus
sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan. Banyak penderita
bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah
yang berarti dalam hidupnya. Biasa mereka orang-orang yang kelihatan sehat,
sukses di bidangnya, dan cenderung ferfeksionis. Namun, di balik itu, mereka
memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka
juga menunjukkan tingkah laku yang kompulsif, misalnya, mengutil di pasar
swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya. Masalah
kesehatan yang paling sering muncul adalah gigi busuk dan ketidakseimbangan
elektrolit dalam tubuh akibat muntah dan obat pencahar. Selain itu, juga dapat
terjadi kerusakan usus dan dehidrasi yang bisa berakibat fatal. Penderita
bulimia menyadari dirinya memiliki perilaku makan yang tidak normal, namun
mereka merasa tidak mampu untuk mengubahnya (Sidenfeld 2001).
Pengertian
disfagia karena bulimia
Disfagia karena bulimia adalah kesulitan makan
oleh akibat gangguan menelan yang disebabkan karena gangguan pola makan yang
ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang dirangsang
sendiri.
B.
TIPE
BULIMIA
Tipe dari bulimia
adalah sebagai berikut:
1. Bulimia
Nervosa-Purging Type
Tipe
yang memuntahkan kembali makanan setelah sangat kenyang (menggunakan purging
medications). Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan
menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain.
Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah
berat badan.
2. Bulimia Nervosa-Non Purging Type
Penderita
berolahraga berlebihan setelah makan atau berpuasa untuk mengontrol berat
badan, namun tidak muncul purging behaviors. Tujuannya agar energi yang
dihasilkan dari makanan dapat langsung dibakar dan habis.
C.
ETIOLOGI
Penyebab Bulimia nevosa
dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa jenis model yaitu:
1. Model
Adikasi
Bulimia
Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan dan tingkah laku. Hal ini
berhubungan dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang menekan kan pada
penghentian, dukungan sosial dan mencegah kekambuhan, dimana metode ini mirip
dengan pengobatan adiksi terhadap alcohol maupun obat-obatan.
2. Model
Keluarga
Gangguan
makan pada remaja berhubungan dengan system interaksi antara keluarga. Oleh
karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa adalah disfungsi
interaksi dalam keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya memiliki
riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak.
3. Model
Sosial Budaya
Publikasi
media tentang hubungan antara tubuh yang langsing dengan karier yang sukses
telah merangsang para remaja untuk melakukan diet supaya tubuhnya menjadi
langsing. Banyak remaja yang gagal mencapai keaadaan ini dan akhirnya menjadi
penderita bulimia nervosa.
4. Model
kognitif dan tingkah laku
Bulimia
nervosa merupakan implementasi tingkah laku yang irasional tentang bentuk
tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah
mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu menumbuhkan keyakinan yang
rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas dan teratur.
5. Model
psikodinamik
Bulimia
nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau menghindari dampak perasaan
yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan psikodinamik adalah mencari
proses yang mendasari penderita bulimia nervosa terutama gambaran
psikososialnya (Angelia, 2009).
Penyebab
pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga berperan dalam
terjadinya bulimia nervosa adalah :
1. Faktor
Psikososial
Berupa
perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial untuk berpenampilan
kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri.
2. Faktor
Genetik
Ada gen yang dapat membuat orang
tertentu lebih mudah untuk mengalami gangguan pola makan. Orang dengan anggota
keluarga terdekat yang mengalami gangguan pola makan (seperti saudara kandung
atau orang tua) juga lebih mudah untuk mengalami gangguan pola makan, sehingga dikaitkan
dengan adanya hubungan genetik. Sebagai tambahan terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa serotonin (senyawa kimia yang terdapat di otak) dapat
mempengaruhi kebiasaan makan seseorang.
Adanya bukti bahwa bulimia banyak didapat pada
penderita dengan riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih
banyak pada kembar monozigot dibandingkan dizigot.
3. Faktor
Biologis
Penurunan
sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan sensitivitas reseptor
serotonin post sinaptik. Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik,
hormon dan bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek
perkembangan dan pemulihan bulimia.
4. Faktor
Budaya
Kebanyakan
orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan terkadang kondisi tersebut
menjadi suatu tuntutan kerja. Anggapan ini pun menjadi budaya yang berkembang
di masyarakat.
5. Faktor
Kesehatan Psikologi dan Emosional
Orang yang menderita gangguan pola
makan seringkali juga mempunyai masalah psikologi dan emosional yang
berkontribusi terhadap gangguan tersebut. Mereka bisa jadi mempunyai
kepercayaan diri yang rendah, perfeksionisme, prilaku impulsif, kesulitan untuk
mengontrol kemarahan, konflik keluarga & kesulitan untuk membina hubungan.
Penderita bulimia senantiasa berputus asa
terhadap dirinya sendiri, tidak percaya diri sehingga mereka diet dengan cara
menggunakan pil diet bahkan memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadapa
dirinya menyebabkan kecemasan dan tekanan yang dapat menyebabkan stress
sehingga untuk mengatasinya mereka cenderung ke arah bulimia
6. Faktor lingkungan
Budaya pada masyarakat barat modern
seringkali juga menimbulkan dan memperkuat keinginan untuk menjadi kurus.
Kesuksesan dan penghargaan seringkali dikaitkan dengan menjadi kurus pada
kebudayaan pop saat ini. Tekanan dari teman sebaya yang dilihat orang di berbagai media dapat
meningkatkan keinginan seseorang untuk menjadi kurus, terutama pada gadis
remaja.
D.
PATOFISIOLOGI
Faktor
lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga,
pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan
masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan
depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak
bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri
kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah
gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia (Tyas rara,
2008).
Ketika
memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas
pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang
kadangkala mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri
daripada remaja pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah
jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi
makanan yang berkalori tinggi. Kalau dulu makan apapun tidak berefek bagi berat
badan, tapi setelah masa pubertas (biasanya ditandai dengan menstruasi), baru
makan coklat dua potong, kok beratnya sudah tambah 1 kg. Pada kenyataannya
kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan
bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Apalagi
kalau melihat ‘body’ para selebritis yang langsing (sebenarnya lebih tepat
dikatakan kurus-ceking- tiada berisi) sehingga kalau pakai baju model apapun
terlihat pas dan pantas dipakai. Sementara kalau tubuh kita gendut, pakai baju
apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu. Akhirnya, lingkungan
sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diledek ‘gendut’ maka dietnya
semakin gencar. Maka tidak mengherankan bila ketidakpuasan seseorang dengan
tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan. Remaja dengan gangguan
makan seperti di atas memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya, mereka
sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang sudah terpatri di otak) bahwa
tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak di
sana sini, tidak seksi dan lain-lain yang intinya tidak sedap untuk dipandang
dan tidak semenarik tubuh orang lain. Akibat pemikiran yang sudah terpatri ini,
seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka terkesan gemuk padahal
kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga akhirnya mereka
menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah manakala mereka
makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat badannya naik. Masalah
“body” ini akhirnya menyebabkan remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit
untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan
tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang sempurna (sempurna disini adalah ;
kurus) (WangMuba, 2009).
E. PERUBAHAN METABOLISME
F. GAMBARAN KLINIS
Bulimia Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang umumnya dapat
ditemukan pada gadis remaja atau wanita dewasa muda, dan jarang ditemukan pada
pria. Bulimia Nervosa Ini diidentikkan dengan peristiwa makan yang sangat
banyak terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan dihabiskan dalam jangka
waktu yang singkat, tetapi untuk mencegah terjadinya kegemukan maka setelah
makan ada tahap untuk mengurangi/mengeluarkan makanan dan terjadilah muntah (vomiting)
atau mengkonsumsi obat penurun berat badan dan diet yang ketat.
Bulimia Nervosa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain akibat adanya
obsesi seseorang untuk memiliki tubuh yang langsing, atau karena pengaruh
stress emosional terhadap masalah yang dialami, atau karena faktor keturunan.
Penyakit ini menyebabkan kondisi patologis pada organ tubuh seperti sistem
gastrointestinal dan juga rongga mulut. Bila hal ini dibiarkan maka potensi
terjadinya perubahan lebih lanjut akan bersifat permanen.2 Ada tiga macam
tindakan yang dilakukan oleh penderita untuk mengeluarkan zat makanan dalam
tubuhnya yaitu muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri, mengkonsumsi obat
pencahar dan diuretik (obat yang dapat merangksang sekresi urine). Umumnya
pasien Bulimia Nervosa dapat muntah tanpa adanya stimulasi mekanik, tetapi
semakin banyak frekuensi muntah, risiko terjadinya gangguan kesehatan rongga
mulut akan semakin berat.
Penderita
bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan ( menurut riset, rata-rata
penderita bulimia nervosa mengkonsumsi 3400 kalori setiap satu seperempat jam
padahal kebutuhan konsumsi orang normal hanya 2000-3000 kalori per hari).
kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan
cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar .Di antara
kegiatan makan yang berlebiban itu biasanya mereka berolah raga secara
berlebiban.Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia
menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus.
Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang seringkali
berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus
sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan. Banyak penderita
bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah
yang berarti da1am hidupnya. Seseorang dikatakan mengalami bulimia nervosa
apabila ia mengalami semua tanda berikut ini (Sidenfeld, M.K. ,2001)
G. GEJALA BULIMIA
Gejala umum bulimia
Gejala
umum bulimia yaitu depresi, kepercayaan diri yang rendah, penampilan yang tidak
proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu makan berkurang, sulit
mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan ringan dan kekurangan
nutrisi.
Gejala klinis bulimia:
1.
Rasa lelah dan lemah
2.
Abnormalitas fungsi usus
3.
Kerusakan gigi dan gusi akibat asam
muntah
4.
Pembengkakan pada tangan dan kaki
5.
Pembengkakan kelenjar saliva di dagu
akibat tekanan pada perangsangan muntah
6.
Sakit kepala
7.
Luka di tenggorakan dan mulut
8.
Perut teras penuh
9.
Mual-mual
10.
Menstruasi tidak teratur atau bahkan
tidak mengalami menstruasi (amenorrhea)Kram otot
11.
Nyeri dada dan rasa terbakar
12.
Detak jantung tidak teratur akibat
ketidakseimbangan kimiawi (defisiensi potassium)
13.
Rambut rontok
14.
Kulit kering
15.
Mudah mengalami perdarahan (karena
hipokalemia atau disfungsi platelet)
16.
Sering diare tanpa sebab. Bahkan diare
berdarah (pada penyalahgunaan laksan)
17.
Dehidrasi
18.
Luka atau bekas luka di buku jari/tangan
akibat menusukkan jari ke tenggorokan.
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Abnormalitas laboratorium yang paling umum adalah
hipokalemia dengan alkalosi metabolic sekunder akibat muntah dan penggunaan
laktasif. Abnormalitas endokrin adalah sama dengan anoreksia nervosa. Salah
satu penelitian menunjukkan bahwa respons LH terhadap LHRH diperburuk pada pasien
bulimia. Telah dilaporkan bahwa peptide YY, suatu pemacu putative dan tingkah
laku makanan dalam binatang meningkat dalam cairan setebrospinalis pasien
bulemik. Beberapa juga mengalami kekurangan sekresi serotonik dan
kolesistokinin yang dianggap merupakan sinyal rasa kenyang. Makna dari
temuan-temuan ini masih belum diketahui. Supresi deksametason seringkali
abnormal. Tidak seperti pasien dengan anoreksia nervosa,beberapa perempuan
dengan bulemik mempunyai kadar protein basal yang rendah dan memburuknya respon
prolaktin terhadap TRH. Amylase serum dapat meningkat tanpa adanya pancreatitis
pada bulimia.
I. KOMPLIKASI
Bulimia
mengganggu fungsi normal tubuh. Dengan demikian dapat
menyebabkan beberapa komplikasi kesehatan yang bisa serius dan bahkan mengancam
nyawa. Komplikasi yang dialami oleh seorang individu
sangat tergantung pada jenis pembersihan yang digunakan.
Di antara komplikasi yang paling umum adalah
dari kardiovaskular, pencernaan dan gigi asal. Bulimia juga diketahui mempengaruhi tingkat kalium dalam cairan tubuh
dan paling sering menjurus kepada penyalahgunaan obat-obatan dan narkoba.
Beberapa komplikasi
bulimia adalah:
1. Komplikasi
dari kardiovaskuler
Bulimia
menyebabkan sejumlah masalah kardiovaskular.
Ketidakseimbangan dalam kadar elektrolit dalam tubuh atau
penyalahgunaan dan penyalahgunaan obat yang disebut sirup ipecac bisa
menyebabkan kelainan jantung. Ini diketahui menyebabkan
detak jantung tidak teratur, denyut jantung cepat, nyeri
dada, masalah pernapasan dan serangan jantung. Hal ini juga dapat memicu tekanan darah rendah dan pingsan atau mantra
pusing.
Sebuah
kata nasihat: Sirup ipecac sangat
berbahaya dan hanya boleh digunakan untuk menginduksi muntah dalam kasus
keracunan. Menggunakannya untuk keperluan lain seperti
untuk membersihkan dianggap sebagai penyalahgunaan makan obat dan dapat
menyebabkan berbagai masalah.
2. Komplikasi
pada sistem pencernaan
Paksa
dan muntah sering dapat membahayakan sistem pencernaan.
Muntah berulang instigates pembengkakan dan munculnya luka di
mulut, tenggorokan dan kelenjar ludah. Ini juga dapat pecah lapisan lambung dan esofagus, yang dapat menyebabkan perdarahan serius. Terus
menggunakan obat pencahar juga dapat menyebabkan ketergantungan pada obat dan
mengganggu fungsi normal usus menyebabkan sembelit dan diare. Ulkus peptikum, pankreatitis, sakit perut dan kembung juga bisa diakibatkan dari gangguan ini.
3. Karies
Gigi
Sifat
asam dari isi lambung karena penderita sering melakukan purging (memutahkan
makanan). Yang muntahan makanan tersebut dapat menghancurkan enamel gigi menuju
peningkatan gigi berlubang. Gigi
juga dapat menjadi retak, compang-camping dan lebih
sensitif terhadap makanan panas atau dingin.
4. Keseimbangan
elektrolit dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh konstanta membersihkan.
Ketika tingkat potasium dalam tubuh menjadi sangat rendah,
kelemahan dan ritme jantung yang tidak teratur mungkin dialami.
Paling buruk, kematian karena serangan
jantung mungkin akibat dari ketidakseimbangan elektrolit kuburan.
5. Menggunakan
over-the-counter obat-obatan seperti obat pencahar,
diuretik, penekan nafsu makan dan sirup ipecac bisa membuat
seseorang tergantung pada obat-obat ini dan membuat masalah penyalahgunaan obat.
Ketergantungan obat dapat mengambil langkah lebih lanjut dan
memicu penyalahgunaan alkohol dan substansi.
6. Timbulnya amenore (hilangnya menstruasi) dan haid tidak teratur, Depresi atau perubahan suasana hati,
rambut rontok, ginjal dan kerusakan hati, pembengkakan
tangan dan kaki (busung) dan anemia.
7. Berkurangnya
kadar tulang dan jaringan otot
8. Gejala
kurang gizi dan kelaparan
9. Kerusakan ginjal akibat penyalahgunaan diuretika
10. Stroke
ringan akibat penusukan jari pada saat merangsang muntah tidak tepat.
J. PENGOBATAN
Untuk
penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama
dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik
seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride
(Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti
fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline
(Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).
K. INDIKASI TERAPI
Penderita penyakit ini jarang sampai
perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah mengarah ke anoreksia,
atau terjadi komplikasi yang parah. Untuk pengobatannya diperlukan
kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam
masalah medis, psikologis, dan gizi.
1. Terapi nutrisi:
Ahli gizi mengatur jadwal makan,
memberikan penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan
akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap kesehatan.
Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap
tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit
penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung
berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan
pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat
dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali kerja kelenjar
yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan
kebutuhan penderita (Angelia, 2009).
2. Terapi Psikis
Sebagian besar gangguan
makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada
kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada
penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan
dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi
kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi
pengalaman mereka. Terapi konseling seringkali harus dikombinasikan dengan obat
antidepresan. Terapi ini untuk membantu pasien yang depresi, terganggu secara
emosional, atau adanya faktor sosial sehingga mendorong terjadinya gangguan
makan. Terapi dilaksanakan agar pasien mampu mengeluarkan perasaan dan
permasalahannya sehingga terapis dapat membantu penderita menghadapi perubahan
hidup dan memperkuat rasa percaya diri.
3. Terapi Konseling :
Terapi ini untuk membantu pasien yang
depresi, terganggu emosional, atau adanya faktor sosial sehingga mendorong
terjadinya gangguan makan. Tujuannya agar pasien mengeluarkan perasaannya,
unek-unek dan akan membantu penderita menghadapi perubahan hidup dan
memperkuat rasa percaya diri.
4. Psikoterapi:
Biasanya dokter melakukan terapi
kognitif, yang tujuannya merubah persepsi dan cara berpikir yang salah terhadap
tubuhnya sehingga menjadi lebih obyektif, dan menghilangkan sikap dan
reaksi yang salah terhadap makanan.
·
Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga
pasien mau bekerjasama dalam pengobatan.
Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu
antusias untuk menjalankan pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung
menggunakan caranya sendiri dan tetap berusaha mempertahankan kebiasaannya.
Jadi sebelum pengobatan sang dokter harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan
pasien tentang pengobatan yang akan dijalaninya.
·
Menghentikan kebiasaan makan yang salah
dan episode muntah serta diare.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan
jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal
dirumah tanpa pengawasan.
·
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan keadaan yang sudah membaik :
a)
Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi,
maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon
yang fisiologis.
b)
Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang timbul
itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
c)
Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap
kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung
untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua
nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah
dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan
berat badannya.
5. Farmakotherapi
Untuk penderita bulimia
umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan
psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti
imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride
(Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti
fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline
(Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).
Semua obat itu
digunakan sebagai bagian dari suatu program therapi yang menyeluruh dengan
psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi dapat diberikan
lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.diet chitosin lemak kolesterol sehat
bulimia pola makan gangguan lebah madu Berat badan kerap menjadi masalah bagi
kebanyakan orang dan ini memicu kemunculan berbagai cara untuk mengurangi atau
mempertahankan berat badan. Tetapi, karena ingin mengharapkan hasil instan,
kebanyakan orang pun kemudian memilih cara singkat : memuntahkan makanan yang
baru saja dikonsumsi. Ini adalah salah satu tindakan yang mengindikasikan kalau
orang tersebut bulimia nervosa yaitu dilakukan untuk menghindari penambahan
berat badan. "Pencegahan" itu bisa dilakukan dengan memuntahkan
makanan, mengonsumsi obat pencahar, berpuasa, atau berolahraga berlebihan
segera setelah makan kenyang. Bulimia sangat buruk bagi kesehatan. Ini
ditunjukkan dengan gejala-gejala yang dialami penderitanya setelah melakukan
"pencegahan-pencegahan" tersebut secara terus-menerus, seperti :
−
Perut berfungsi tidak seperti biasanya
(abnormal).
−
Gigi dan gusi rusak.
−
Wajah menjadi tirus.
−
Gangguan di tenggorokan dan mulut.
−
Perut kembung.
−
Dehidrasi.
−
Rasa lelah.
−
Kulit kering.
−
Detak jantung tidak teratur.
−
Rasa sakit di buku jari.
−
Menstruasi tidak teratur atau tidak
menstruasi sama sekali.
Selain
gejala fisik, penderita bulimia juga akan memperlihatkan gejala-gejala psikis
dan emosional, di antaranya :
−
Diet yang dilakukan secara konstan.
−
Penderita merasa tidak dapat
mengendalikan pola makannya.
−
Terus makan hingga merasa sakit atau
tidak nyaman.
−
Makan lebih banyak pada saat pesta.
−
Berolahraga selama berjam-jam setelah
makan banyak.
−
Menggunakan pencahar dengan tidak
semestinya.
−
Rendah diri karena berat dan ukuran
badan.
−
Memiliki pencitraan diri yang negatif.
−
Selalu ke toilet/kamar mandi setiap
selesai makan.
−
Menimbun makanan.
−
Mengalami depresi.
−
Merasa cemas
6. Terapi Oral
Terapi oral
yang dapat dilakukan penderita bulimia nervosa :
·
Untuk mencegah erosi dan karies pada
gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur
dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau
magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut
·
Mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung gula atau karbohidrat, sebab meningkatkan terjadinya risiko karies.
·
Mengunyah permen karet rendah gula
untuk meningkatkan produksi saliva atau menggunakan saliva sintetik seperti
glosodane
·
Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau
gel yang mengandung fluorida untuk mengurangi rasa sensitif pada gigi dan
sebagai pertahanan terhadap karies.
·
Menyikat gigi tiga kali sehari dan
melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi.
K.
INDIKASI TERAPI DIET
Tujuan
utama terapi diet adalah mencegah atau
mengobati malnutrisi, mengendalikan penyakit dengan makanan dan sebagai
pendukung pengobatan medis atau pembedahan lainnya. Terapi diet juga memainkan
peranan penting dalam rehabilitasi peredahan, atau meningkatkan pemeliharaa/
mutu kehidupan pada penyakit-penyakit terminal. Nasihat tentang makanan sangat
berguna untuk penyuluhan kesehatan, pencegahan penyakit, dukungan gizi dan
rehabilitasi. Terapi gizi dapat melibatkan sedikit perubahan masukan makanan yang biasa, penggunaan
suplemen peroral yang mempunyai tujuan khusus, atau pemberian makanan melalui
jalur enteral atau pariental.
Ada empat prinsip sebagai penuntun terapi diet, yaitu:
1. Masalah yang berhubungan dengan gizi
harus disampaikan supaya dapat diperoleh terapi diet yang diterima.
2. Terapi diet harus didasarkan pada
kenyataan ilmiah yang masuk akal. Idealnya, pembuktian kemanjuran diet terapi
pada gejala yang membaik, gerak maju yang melambat, penurunan masalah sekunder
atau pemberian efek positif lain pada fungsi sebaiknya trsedia.
3. Pasien harus mau dan mampu makan.
4. Pasien harus mempunyai saluran
makanan yang berfungsi.
Pengaturan
diet untuk penderita bulimia dilakukan secara bertahap tergantung tingkat
keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan
energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat
badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan
yang sehat dan berimbang diperlukan pula olahraga secara tepat dan teratur.
Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal
sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan kebutuhan
penderita.
L.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-tidaknya gejala pada
keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat
dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan
dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia.
penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan
pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi
langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini jarang
hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi
komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian
dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama
pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu
pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi. Pencegahan
terjadinya bulimia nervosa terdiri atas dua bagian :
1. Program
pencegahan primer
Pencegahan
ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP
untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik.
Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan
prilaku terhadap remaja.
2. Program
pencegahan sekunder
Pencegahan
ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan pendidikan
pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer.
Selain
diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat
juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
1. Rajin
berkonsultasi dengan dokter. Diskusikan bila Anda mempunyai pertanyaan tentang berat
badan dan gizi yang benar.
2. Tingkatkan
rasa percaya diri. Ikut serta
dalam kegiatan yang Anda sukai dan memberi kepuasan diri, misalnya mempelajari
keahlian baru, mengembangkan hobi atau aktif di kegiatan sosial di lingkungan
Anda.
3. Tingkatkan
dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di
lingkungan keluarga atau pekerjaan
4. Bersikap
realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang berat
dan bentuk badan ideal.
Prinsip
penatalaksanaan Bulimia nervosa adalah :
1. Fokus
utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimic
2. Hindari
makanan yang merangsang pola makan binge seperti es krim
3. Obati
depresi yang niasanya menyertai bulimia
4. Libatkan
para remaja dalam psikoterapi individu dengan atau tanpa melibatkan keluarga
5. Latihan
olahraga yang ringan samapi sedang diberikan obat antidepresan
6. Terapi
kelompok sangat membantu penyembuhan
7. Bila
penderita menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi
retensi cairan bila diuretik dihentikan
8. Konsultasi
ke dokter gigi untuk menangani kerusakan pada gigi (Angelia, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar