TUGAS ANATOMI FISIOLOGI
“SISTEM PERNAFASAN”
1. ASNI NURUL AINI PO7131110001
2. DEWANTI NORITASARI PO7131110003
3.
ENDRI PURWONINGSIH PO7131110008
4.
YUNITA AHADTI PO7131110039
v
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
A.
Saluran pernafasan atas
Nares
anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung.
Vestibulum ini dilapisi epithelium bergaris yang bersambung dengan kulit.
Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu
kasar. Kelenja-kenja itu bermuara ke dalam rongga hidung.
a)
Rongga hidung (cavum nasalis)
Rongga
hidung memiliki saluran-saluran yang disebut Nares anterior. Saluran-saluran
itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung
dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, di dalamnya
terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera), bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Septum nasalis memisahkan kedua cavum nasilis.
Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok
kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran
mukosa. Dinding lateral cavum nasalis dibentuk oleh sebagian maxilla,
palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke cavum nasalis adalah : conchae superior, media,
dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasalis dibentuk oleh os
frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasalis adalah celah sempit yang
dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada
bagian atap dan bagian cavum nasalis yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina
cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I
olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam
tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasalis, sinus ini
dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasalis. Lubang
yang membuka kedalam cavum nasalis :
1.
Lubang hidung
2.
Sinus Sphenoidalis, diatas
concha superior
3.
Sinus ethmoidalis, oleh
beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media
dan inferior
4.
Sinus frontalis, diantara
concha media dan superior
5.
Ductus nasolacrimalis, dibawah
concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Daerah
pernafasan dilapisi apitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung
sel cangkir atau lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan
berlendir.
Di
atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini paling tebal. Tiga tulang
kerang (konka) yang diselaputi epithelium pernafasan, yang menjorok dari
dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput
lendir tersebut.
Sewaktu
udara melalui hidung, udara di saring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam
vestibelum. Karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya, udar menjadi
hangat, dan karena penguapan air dari
permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap.
Hidung
menghubungkan lubang-lubang sinus udara paranalis yang masuk ke dalam
rongga-rongga hidung, dan juga menghubungkan rongga-rongga nasolakrimal yang
menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagan bawah rongga nasalis, ke dalam
hidung.
b) Faring
Faring
(tekak) adalah pipa berotot yang memiliki panjang 13 cm yang berjalan dari
dasar tengkorak sampai persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Faring merupakan struktur
seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.
Faring
terdiri atas:
a. Nasopharinx
§ ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan telinga bagian
tengah, yaitu Tuba Eustachius dan Tuba Auditory
§ ada Phariyngeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian posterior
nasopharinx, merupakan bagian dari jaringan Lymphatic pada permukaan posterior
lidah
b.
Oropharynx
Merupakan bagian
tengah faring antara palatum lunak dan tulang hyoid. Refleks menelan berawal
dari orofaring menimbulkan dua perubahan, makanan terdorong masuk ke saluran
pencernaan (oesephagus) dan secara simultan katup menutup laring untuk mencegah
makanan masuk ke dalam saluran pernapasan.
c.
Laringopharynx
Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem
respirasi menjadi terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk ke bagian
belakang, oesephagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke laring.
c)
Laring
Laring
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas
esopagus.
Laring
terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membrane.
Laring merupakan struktur yang lengkap
terdiri atas:
a. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago
cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
b.
Membarana yaitu
menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana
mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.
§ Cartilago tyroidea berbentuk V,
dengan V menonjol kedepan leher sebagai
jakun.
§ Ujung batas posterior diatas cornu superior,
penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu
yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
§ Membrana Tyroide à mengubungkan
batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
§ Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
§ Cartilago Epiglottis cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar
lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
§ Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
§ Cartilago cricoidea cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang (ini
adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Terletak
dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane
cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan
cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan
batas bawahnya dengan cincin trachea I.
§ Cartilago arytenoidea dua
cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea,
kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat
kecil. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid
yang menonjol kedepan.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yang
berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring
dilapisi sejenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita
suara dan bagian epiglottis yang dilapisi sep epithelium berlapis.
§ Membrana mukosa : laring sebagian besar
dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
§ Plica vokalis adalah dua
lembar membrana mukosa tipis yang terletak di dalam laring, di atas ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago
thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang. Dengan
gerakan dari cartilage arytenoidea yang ditimbulkan dari berbagai otot
laryngeal, plica vocalis ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar
sela-sela antara pita-pita (plica) atau
rima glotidis berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang
melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara dan
juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana
mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn
produksi suara.
§ Otot : Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea,
dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan
memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X
(vagus).
§ Respirasi : Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan
sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis
terpisah lebar.
§ Fonasi : Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi
tertentu oleh sinus udara cranialis.
§ Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi alergi,
(c) infeksi, misalnya difteri,
(d) tumor, misalnya kanker pita suara.
(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi alergi,
(c) infeksi, misalnya difteri,
(d) tumor, misalnya kanker pita suara.
d) Trakea
Trakea atau batang tenggoro adalah tabung
fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan
dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan
corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan
di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas
16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang
trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas selaput bersilia dan sel cangkir. Silia ini
bergerak menuju ke atas kea rah laring, maka dengan gerakan ini debu dan
butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernafasan dapat
dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka,
karena itu di sebelah belakangnya tidak tersambung yaitu di tempat trakea
menempel pada usofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher di silang oleh istmus
ke lenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea.
Trakea torasika berjalan melintasi mediastinum, di belakang sternum, menyentuh
arteri inominta dan arkus aorta. Usofagus terletak di belakang trakea.
B. Saluran pernafasan bawah
a)
Bronkus
Merupakan
percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri. Struktur bronkhus sama
dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
awah dank e samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan
lebih lebar daripada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua
timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.
Bronkus lobus tengah keluar dari bronkus lobus bawah.
Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing daripada bronkus kanan, dan berjalan di bawah
arteri pulmonalis ebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus
atas dan bawah.
b) Bronkiolus
Bronkheolus
adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih
tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan
ini akan membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.
c) Alveolus Alveolus berupa
saluran buntu membentuk gelembung-gelembung udara. Alveolus merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksia,
terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi
oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0
cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus
Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Dalam alveoilus terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk selembar dengan luas 70 meter persegi
Alveolus terdiri atas tiga tipe, yaitu:
·
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
·
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
·
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
C. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat
pernafasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan
kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Paru-paru
memilki :
1.
Apeks, apeks paru meluas kedalam leher
sekitar 2,5 cm diatas calvicula.
2.
Permukaan costo vertebra, menempel pada
bagian dalam dinding dada.
3.
Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4.
Basis, basis erletak pada diafragma
paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.
Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar
dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran
gas.Paru-paru adalah organ berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal
paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, di atas diafragma. Paru-paru
mempunyai permukaan luar menyentuh iga-iga, permukaan dalam memuat tampuk
paru-paru, sisi belakang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan menutupi
sebagian sisi depan jantung.
·
Pembuluh darah dalam paru – paru
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak
mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru - paru; cabang-
cabangnya menyentuh saluran-saluran brokial, bercabang dan bercabang lagi
sampai menjadi arteriol halus;arteriol itu membelah belah dan membentuk
jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung
udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit,maka
praktis dapat di katakana sel – sel darah merah membuat garis tunggal.Alirannya
bergerak lambat dan di pisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran
yang sangat tipis,maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi,yang merupakan
fungsi pernafasan.
Kapiler paru – paru bersatu dan bersatu lagi sampai
menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonalis
meninggalkan setiap paru – paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri
jantung untuk didistribusikan keseluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang di lukiskan sebagai arteria
bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta thoraksika ke paru
– paru guna member makan dan menghantarkan oksigen dalam jaringan paru – paru sendiri.Cabang
akhir arteri – arteri ini membentuk pleksus kapiler yang tampak jelas dan
terpisah dari yang ter bentuk dari cabang arteri pulmonalis,tetapi beberapoa
dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian
di bawa masuk ke dalan vena pulmonaris .Sisa darah itu di antarkan dari setiap
paru – paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapoai vena cava
superior. Maka dengan demikian paru – paru mempunyai persediaan darah ganda.
·
Hilus ( tampuk) paru –paru
Hilus (tampuk)
paru – paru di bentuk oleh struktur berikut :
a.
Arteri pulmonalis,yang
mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru paru untuk di isi oksigen
b.
Vena pulmonalis,yang
mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
c.
Bronkus ,yang bercabang dan
beranting membentuk pohon bronchial,merupakan jalan udara utama.
d.
Arteri bronkialis,keluar dari
aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
e.
Vena bronkialis,mengembalikan sebagian
darah dari paru –paru ke vena cava superior
f.
Pembuluh limfe ,yang masuk
keluar paru –paru,sangat banyak
g.
Persarafan ,paru –paru mendapat
pelayanan dari saraf fagus dan saraf simpatik
h.
Kelenjar limfe ,semua pembuluh
limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar
yang ada di tampuk paru – paru.
D. Rongga Pleura
Setiap
paru-paru dilapisi membrane serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis
erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan
lobus satu dari yang lain. Membrane ini kemudian dilipat kembali di sebelah
tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam
dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang
menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di
leher ialah pleura servikalis. Pleur ini diperkuat oleh membrane yang kuat
bernama membrane suprapleuralis (faisa Sibson) dan di atas membrane ini
terletak arteri subklavia.
Di antara kedua lapisan
pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernafas
bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang kain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata.
Dalam keadaan normal, rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga toraks, tetapi dalam keadaan tidak normal
udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi
jelas. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap
paru-paru.
Dalam keadaan normal rongga pleura tidak
berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga thoraks
E. Rongga dan Dinding Dada
Rongga dada terbagi
atas 3 bagian. Di depan dan di tengah agak ke kiri terletak kandung jantung
yang menyelubungi seluruh jantung. Di belakang kandung jantung terdapat
beberapa alat yaitu tenggorok, kerongkongan dan aorta. Organ pernafasan tersebut
terpendam dalam susunan jaringan ikat yang tebal. Bersama kandung jantung organ
tadi merupakan suatu sekat yang membagi rongga dada di tengahnya. Sekat itu
dinamakan “Sekat Dada”. Disebelah kanan dan kirinya terdapat rongga yang
dilapisi oleh selaput paru-paru parietal yaitu rongga selaput paru-paru. Rongga
ini seluruhnya ditempati oleh paru-paru.
Antara permukaan
paru-paru yang juga dilapisi oleh selaput paru-paru visceral dan dinding rongga
selaput paru-paru terdapat celah yang sempit yang berisikan sedikit cairan.
Sekat dada khususnya jantung tidak terletak tepat ditengah-tengah rongga dada,
tetapi agak ke kiri, sehingga menyebabkan paru-paru kiri lebih kecil dari
paru-paru kanan. Isi rongga dada dapat diperbesar berkat pengaruh otot-otot
pengangkatan iga-iga, kontraksi sekat rongga badan yang melengkung ke atas.
Paru-paru mengikuti perluasan rongga dada maka terhisaplah udara melalui
saluran pernapasan yang telah diuraikan di atas. Bila tenaga-tenaga yang
melapangkan dada berhenti bekerja, maka kekenyalan dinding dada dan paru-paru
menyebabkan penyempitan rongga dada kembali. Pada waktu tersebut iga-iga
menurun kembali, sekat rongga badan melengkung lagi ke atas, sehingga kelebihan
udara didesak keluar dari paru-paru. Proses tersebut terjadi bila kita
menghembuskan nafas (mengeluarkan nafas).
v
PERNAFASAN EKSTERNAL DAN INTERNAL
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup
melalui dua cara, yakni pernapasan
secara langsung dan pernapasan
tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh
permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan lain kata,
kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun
begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru.
Bagian paru-paru yang meng alamiproses difusi dengan udara yaitu gelembung
halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia
mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
Ø
Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut
akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut
akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung
karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksidaantara
udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Reaksi :Saat sel darah
merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar karbondioksida yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat. Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida dan air yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Persamaan reaksinya :Seketika itu
juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen
sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan
berikatan dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena
adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan
parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara
berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar
dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain,
konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada
darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada
alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih
besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga,
konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan
konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah
berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
Ø
Pernafasan Internal
Proses terjadinya
pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh.
Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung
dalam respirasi seluler.
Reaksi : Setelah
oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan
selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam
proses metabolisme sel.
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui
proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan
parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan.
Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah
dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam
cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir
menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah
daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam
sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh
darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi
hemoglobin (HbCO2).
Sebagian besar
karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air
menjadi asam karbonat. Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai
menjadi dua ion, yakni ion hidrogen dan ion bikarbonat.
Karbondioksida yang diangkut
darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi
hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada
dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai larutan
penyangga.Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga
stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
v
INSPIRASI DAN EKSPIRASI
Pernapasan
adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
a)
Pernapasan luar (ekspirasi) adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler.
b)
Pernapasan dalam (Inspirasi) adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam
rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
v
PENGERTIAN PERNAFASAN DADA DAN PERNAFASAN PERUT
§ Mekanisme pernapasan dada :
a)
Fase Inspirasi pernapasan dada
Mekanisme :
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi → tulang rusuk terangkat (posisi datar) →Paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar →udara luar masuk ke paru-paru
b) Fase ekspirasi pernapasan dada
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi → tulang rusuk terangkat (posisi datar) →Paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar →udara luar masuk ke paru-paru
b) Fase ekspirasi pernapasan dada
Mekanisme :
Otot antar tulang rusuk relaksasi → tulang rusuk menurun → paru-paru
menyusut → tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan
tekanan udara luar → udara keluar dari paru-paru.
§ Mekanisme pernapasan perut
:
1.
Fase
inspirasi pernapasan perut
Mekanisme :
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi → posisi dari melengkung menjadi mendatar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar →udara masuk
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi → posisi dari melengkung menjadi mendatar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar →udara masuk
2.
Fase ekspirasi pernapasan perut
Mekanisme :
otot diafraghma relaksasi → posisi dari mendatar kembali melengkung → paru-paru mengempis → tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar → udara keluar dari paru-paru.
otot diafraghma relaksasi → posisi dari mendatar kembali melengkung → paru-paru mengempis → tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar → udara keluar dari paru-paru.
v HIPOKSIA
§ Beberapa
Pengertian :
§
Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke
jaringan sampai di bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh
darah memadai.
§
Hipoksia adalah suatu keadaan dimana jaringan otak
kekurangan oksigen sampai mengakibatkan gangguan fungsi.
§
Hipoksia
adalah kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari
gas yang diinspirasi ke jaringan.
§ Penyebab hipoksia :
Hipoksia dapat
terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan akibatnya sel-sel tidak
cukup memperoleh oksigen sehingga metabolisme sel akan terganggu. Hipoksia
dapat disebabkan karena :
§ oksigenasi paru
yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena kekurangan oksigen
dalam atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot)
§ penyakit paru,
hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau compliance paru
menurun. Rasio ventilasi –perfusi tidak sama. Berkurangnya membran difusi
respirasi
§ shunt vena ke
arteri (shunt dari “kanan ke kiri’ pada jaringan)
§ transpor dan
pelepasan oksigen yang tidak memedai (inadekuat). Hal ini terjadi pada anemia,
penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral,
pembuluh darah jantung), edem jaringan
§ pemakaian oksigen
yang tidak memadai pada jaringan, misal pada keracunan enzim sel, kekurangan
enzim sel karena defisiensi vitamin B.1
§ Hipoksia juga
dapat disebabkan oleh gagal kardiovaskuler misalnya syok, hemoglobin abnormal,
penyakit jantung, hipoventilasi alveolar, lesi pirau, masalah difusi,
abnormalitas ventilasi-perfusi, pengaruh kimia misal karbonmonoksida,
ketinggian, faktor jaringan lokal misal peningkatan kebutuhan metabolisme,
dimana hipoksia dapat menimbulkan efek-efek pada metabolisme jaringan yang
selanjutnya menyebabkan asidosis jaringan dan mengakibatkan efek-efek pada
tanda vital dan efek pada tingkat kesadaran.
§
Gejala-gejala
yang timbul dari hipoksia :
§
Alkalosis respiratorik
§
Gejala mental seperti irritabilitas, dan
penurunan kesadaran
§
Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual
dan muntah
§ Sifat – sifat hipoksia :
§ Tidak terasa datangnya, sehingga orang awam tidak
tahu bahwa bahaya hipoksia ini telah menyerangnya.
§ Tidak memberikan rasa sakit pada seseorang, bahkan sering memberikan
rasa gembira (euphoria) pada permulaan serangannya, kemudian timbul
gejala-gejala lain yang lebih berat sampai pingsan dan bila dibiarkan dapat
menyebabkan kematian.
§
Macam-macam hipoksia :
a)
Hipoksia
hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri berkurang
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada
individu normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia
dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
·
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik :
1.
Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan
menimbulkan alkalosis respiratorik
2.
Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg,
dan pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada
suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih
dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam
tubuh menimbulkan kematian
3.
Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian
sekitar 3700m. Pada ketinggian 550 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m,
umumnya seseorang hilang kesadaran.
4.
Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias,
insomnia, sesak nafas, serta mual dan muntah.
5.
Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan,
karena alkalosis cenderung melawan efek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya
asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCS dan meningkatkan
respon terhadap hipoksia.
·
Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik :
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi
atas penyakit dengan kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan
jantung kongenital dengan sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena
kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa pernafasan. Kegagalan
paru terjadi bila keadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan blok alveoli –
kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi – perfusi. Kegagalan pompa
dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan
peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti
pneumothoraks atau obstruksi bronkhial yang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat
pula disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan
ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan
obat-obat lain.
b) Hipoksia
anemik yaitu PO2 darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin yang tersedia
untuk mengangkut oksigen berkurang. Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia
tidaklah berat, karena terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah
merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian,
penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan
latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O2
kejaringan aktif.
c) Hipoksia stagnan atau iskemik, dimana aliran darah ke jaringan sangat lambat sehingga oksigen yang
adekuat tidak di kirim ke jaringan walaupun PO2 konsentrasi hemoglobin normal.
Hipoksia akibat sirkulasi lambat
merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati
dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada
gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat
besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan
yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi
berkepanjangan, terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.
d) Hipoksia
histotoksik dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan adalah
adekuat tetapi oleh karena kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak dapat
memakai oksigen yang disediakan.
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan
proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida.
Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru
metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat
tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa
non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakan senyawa ini tentu saja terbatas
pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi
oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.
·
Faktor – faktor :
1.
Extra celluler :
system enzim oksigen terganggu. Misalnya pada keracunan HCN, barbiturate dan
obat-obat hypnotic.
Pada keracunan HCN, cytochrome enzim hancur sehingga sel-sel mati. Sedangkan barbiturate dan hypnotic hanya sebagian system cytochrome enzim yang terganggu, maka jarang menimbulkan kematian sel kecuali pada overdosis.
Pada keracunan HCN, cytochrome enzim hancur sehingga sel-sel mati. Sedangkan barbiturate dan hypnotic hanya sebagian system cytochrome enzim yang terganggu, maka jarang menimbulkan kematian sel kecuali pada overdosis.
2.
Intra celluler :
terjadi karena penurunan permeabilitas sel membrane, seperti yang terjadi pada
pemberian obat-obat anesthesia yang larut dalam lemak (chloroform, ether, dll)
3.
Metabolit :
sisa-sisa metabolisme tidak bisa dibuang, misalnya pada uremia dan keracunan
CO2
4.
Substrat :
bahan-bahan yang diperlukan untuk metabolisme kurang. Misalnya pada
hipoglikemia.
v CARA
KERJA SISTEM RESPIRASI
a.
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses
pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari
inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari
paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal,
pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer
sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada
saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer
sehingga udaraakan tertiup keluar dari paru-paru.
Perubahan tekanan intrapulmonal
tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot
pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot
insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi
elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum
thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang
sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.
Setelah inspirasi normal biasanya
kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini
dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus
sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.
Ekspirasi merupakan proses yang
pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot
inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi.
Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas
dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis
internus dan muskulus abdominis.
Kerja dari otot-otot pernafasan
disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada
otak. Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi.
Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada
neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi
sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa
ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama
medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur
dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).
Ventilasi
dipengaruhi oleh :
1. Kadar oksigen pada
atmosfer
2. Kebersihan jalan nafas
3. Daya recoil &
complience (kembang kempis) dari paru-paru
4. Pusat pernafasan
Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas
paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang
dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik
menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan
monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.
Energi yang diperlukan untuk
ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi
ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.
Saat terjadi ventilasi maka volume
udara yang keluar masuk antara atmosfer dan paru-paru dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
·
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam
pernafasan normal.
·
IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup
paru-paru setelah inspirasi normal.
·
ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi
setelah ekspirasi normal.
·
RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat
b. Difusi
b. Difusi
Difusi dalam respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi
terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Difusi terjadi melalui membran
respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan
rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak
dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan
bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa
normal.
Saat difusi terjadi pertukaran gas
antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen
akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan
dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran
gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi
per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan
kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230
ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat
karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang
menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi
karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat
menjadi 1200-1500 ml/menit.
Difusi dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi*
4. Perbedaan tekanan parsial
1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi*
4. Perbedaan tekanan parsial
c.
Transportasi
Setelah
difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang
membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa
metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan
dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam
plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan
Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).
Saat
istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika
curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan
sekitar 250 ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat.
Transportasi
gas dipengaruhi oleh :
1. Cardiac Output
2. Jumlah eritrosit
3. Aktivitas
4. Hematokrit darah
1. Cardiac Output
2. Jumlah eritrosit
3. Aktivitas
4. Hematokrit darah
Setelah
transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada
sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih
rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel.
Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi
karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
d.
Regulasi
Kebutuhan
oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen
akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme
adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat
penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut :
Sistem respirasi diatur oleh pusat
pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah
berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri
dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area
dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan
meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit
inspirasi
Daerah berirama medula mempertahankan irama
nafas I : E = 2” : 3”. Stimulasi neuron inspirasi menyebabkan osilasi pada
sirkuit inspirasi selama 2” dan inhibisi pada neuron ekspirasi kemudian terjadi
kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi
berosilasi selama 3” dan terjadi inhibisi pada sirkuit inspirasi. Setelah itu
terjadi kelelahan dan berhenti dan terus menerus terjadi sehingga tercipta
pernafasan yang ritmis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar